
Do you speak English? Read the translated article here!
Sejak hari pertama bekerja, Penulis selalu diberikan laptop kerja dari Perusahaan. Laptop-laptop itu biasanya ditujukan untuk enterprise yang memiliki spesifikasi dan ketahanan yang sangat baik (seperti Thinkpad, Elitebook, atau Expertbook). Namun, mereka selalu dipantau dan dikunci untuk alasan keamanan, dengan aplikasi bernama Remote Device Management, terutama bagi mereka yang bekerja di industri yang perlu keamanan ekstra seperti keuangan dan perbankan. Pengamanan ini sering membuat laptop menjadi lambat, atau bahkan menghambat pekerjaan kita. Sebagai seorang developer, Penulis memerlukan akses admin untuk secara rutin menginstal atau meng-update software dan library. Di perusahaan sebelumnya, kita tidak bisa melakukannya. Kita perlu mendapatkan izin khusus dari manajemen bahkan untuk mendapatkan akses admin sementara. Dan tentu saja, karena dipantau, kita harus sangat berhati-hati dengan apa yang kita lakukan dengan laptop tersebut (beberapa rekan Penulis bahkan berani menginstal game di dalamnya, atau bahkan menonton film porno #facepalm). Selain itu, ada saat-saat di mana Penulis ingin menggunakan perangkat pribadi untuk nekerja, terutama ketika laptop kerja Penulis terasa lemot oleh bloatware dari perusahaan.

Beberapa tahun kemudian, Penulis pindah ke startup yang mendukung kebijakan Bring Your Own Device (BYOD). Setidaknya untuk kebanyakan pekerja, karena beberapa divisi masih mewajibkan penggunaan laptop perusahaan karena alasan keamanan (karena perusahaan ini berada di industri keuangan). Tapi, setelah satu tahun, entah bagaimana Penulis merasa bahwa ini mungkin bukan yang Penulis inginkan. Penulis akan berbagi pendapat di artikel ini.
Apa Itu BYOD?
BYOD, singkatan dari Bring Your Own Device, adalah kebijakan di mana karyawan menggunakan perangkat pribadi mereka untuk pekerjaan. Biasanya, setelah bergabung, jika Anda tidak memiliki perangkat untuk bekerja, perusahaan akan membantu Anda mendapatkannya (mereka akan mengurangi gaji Anda untuk cicilan, atau sekedar memberikan subsidi di muka). Penulis mendengar bahwa kebijakan ini sedang populer, karena tidak hanya menghemat biaya bagi perusahaan, tetapi juga memberikan karyawan kebebasan untuk memilih, memiliki, dan merawat perangkat kerja mereka. Perusahaan juga tidak perlu memperbarui aset mereka setiap beberapa tahun, yang dapat mengakibatkan banyak sampah elektronik.
Di sisi negatifnya, jelas ada kendali yang lebih sedikit dari perusahaan terhadap perangkat-perangkat ini. Hal ini mungkin menjadi deal-breaker bagi perusahaan yang mengutamakan keamanan di atas segalanya, seperti pertahanan, perbankan, keuangan, dll. Tentu, aplikasi Remote Device Management bisa membantu “mengawasi” perangkat-perangkat ini, tetapi hal ini mencabut kebebasan yang menjadi daya tarik kebijakan ini, bukan?
Pengalaman Penulis dengan BYOD
Jadi, kembali ke cerita Penulis. Ketika Penulis bergabung, perusahaan baru Penulis menawarkan Penulis untuk membeli Mac dengan potongan Rp3.000.000, dan mereka menawarkan Penulis pilihan untuk membayarnya secara tunai atau dengan cicilan dari gaji Penulis. Penulis pikir ini adalah waktu yang tepat untuk meng-upgrade, jadi Penulis memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dan membeli MacBook Pro M1 Pro 14″. Dengan RAM 16GB dan penyimpanan 512GB, perangkat ini jauh lebih powerful daripada MacBook Pro 13″ Intel milik perusahaan Penulis sebelumnya dengan butterfly keyboard yang mengerikan itu.
Sebenarnya, semuanya berjalan dengan baik. Tempat kerja Penulis saat ini sangat menghormati privasi karyawan, hanya perlu menginstal VPN untuk mengakses data dan situs internal. Sisanya tinggal menggunakan SSO dan dapat diakses melalui Internet, meskipun dengan persyaratan menggunakan 2FA. Pengorbanan yang masuk akal. Kami tidak perlu menginstal time tracker; semuanya tentang kepercayaan. Selama Anda memberikan hasil tepat waktu dan bisa dihubungi selama jam kerja, Anda akan baik-baik saja.

Namun, ini menimbulkan masalah yang tidak terduga. Karena semua pekerjaan Penulis dilakukan di perangkat pribadi Penulis, kadang-kadang Penulis merasa jenuh ketika mencoba membukanya untuk penggunaan pribadi selama akhir pekan, atau bahkan ketika liburan. Rasanya seperti, Penulis sudah menghabiskan waktu bekerja dengan Anda, mengapa Penulis harus menghabiskan waktu lagi dengan Anda saat tidak bekerja?

Masalah ini mengingatkan Penulis pada kata-kata “Work-Life Integration” yang ditulis seseorang di LinkedIn, yang dipercaya akan menggantikan “Work-Life Balance”. Secara pribadi, Penulis sangat tidak setuju. “Work-Life Integration” ini berarti Penulis akan selalu siaga dan siap untuk dihubungi kapan saja. Penulis pernah mengalaminya sebelumnya, dan itu tidak berhasil, setidaknya untuk Penulis. Penulis selalu merasa ingin memeriksa email atau Slack, takut ada rekan kerja di luar sana yang membutuhkan Penulis. Pekerjaan mengendalikan hidup Penulis, dan itu sangat melelahkan—Penulis tidak bisa membiarkannya terjadi lagi.
Kedua, Penulis memiliki ketakutan (mungkin khayalan belaka) bahwa perusahaan mengawasi laptop Penulis. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa ini adalah paranoia Penulis, karena Penulis tidak pernah memberikan perusahaan akses ke laptop Penulis, dan Penulis sepenuhnya tahu hal-hal yang Penulis instal di perangkat tersebut. Penulis sadar bahwa perusahaan Penulis mungkin dapat melacak aktivitas jaringan Penulis melalui VPN, tetapi sampai di situ saja. Tidak ada aplikasi Remote Device Management (atau Bossware, berikut artikel bagus yang membahas hal tersebut), tidak ada apapun. Tapi masih, Penulis tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa Penulis sedang diamati. Mungkin traume dari perusahaan Penulis sebelumnya, atau perasaan bersalah ketika Penulis tidak produktif (hehe)?

Apa yang Penulis Lakukan dan Kesimpulan
Untungnya, Penulis berhasil meyakinkan diri bahwa Penulis hanya paranoid dan halu. Berikut adalah langkah-langkah untuk meyakinkan diri Penulis sendiri bahwa apa yang Penulis takuti hanyalah khayalan belaka:
- Pastikan untuk mematikan dan keluar dari aplikasi VPN perusahaan Penulis setiap kali Penulis selesai bekerja (Penulis bahkan akan menggantinya dengan VPN pribadi Penulis).
- Gunakan browser yang berbeda untuk membedakan pekerjaan dan pribadi. Meskipun banyak browser berbasis Chromium dan Firefox memiliki fitur multiple profile, Penulis merasa bahwa menggunakan browser yang benar-benar baru lebih nyaman. Rasanya seperti Penulis memiliki suasana yang baru. Selain itu, Penulis mungkin perlu menyimpan tab-tab terkait pekerjaan. Namun, itu Penulis. Anda bisa saja memiliki preferensi yang berbeda.
- Pastikan Anda sadar dan tahu betul apa yang Anda instal di perangkat Anda. Berhati-hatilah ketika perusahaan meminta Anda meninggalkan laptop Anda untuk menginstal “aplikasi terkait pekerjaan”. Tanyakan kepada departemen IT Anda apa perangkat lunaknya dan apa yang bisa dilakukannya. Ini masih perangkat pribadi Anda, jadi Anda berhak tahu apa yang terjadi dengannya.
Sayangnya, jika semua usaha di atas gagal, Anda mungkin ingin membeli perangkat ke-dua hanya untuk penggunaan pribadi. Ini lebih aman, tetapi itu tergantung pada anggaran Anda, dan tentu saja, ini mengalahkan tujuan BYOD itu sendiri. Tapi hei, yang penting Anda merasa aman dan nyaman, bukan? Dan kedua hal itulah yang membuat Anda produktif dalam bekerja.

Bagaimanapun juga, Penulis sebenarnya setuju dengan BYOD, dan Anda juga sebaiknya demikian. Memiliki kebebasan untuk bekerja dengan perangkat Anda sendiri sebenarnya cukup menyenangkan. Anda dapat menentukan sendiri apa yang Anda butuhkan, bukan orang lain yang mungkin tidak memahami kebutuhan kerja Anda (Penulis memiliki sebuah PC gaming powerful yang Penulis gunakan untuk menjalankan Docker dan beberapa service saat bekerja yang sulit atau bahkan tidak dapat digantikan oleh laptop dengan harga yang masuk akal). Namun, Anda harus bertanggung jawab atasnya. Cobalah untuk memahami apa yang diinstal di perangkat Anda, dan pahami apa yang aplikasi tersebut bisa lakukan. Atau, yang lebih penting, cobalah untuk memahami apakah perusahaan Anda ingin melacak Anda, dan mengapa.
Nah, demikianlah artikel singkat ini, Kawan. Yah, mungkin ini adalah artikel rant atau keluhan, tetapi Penulis berharap artikel ini bisa memberi Anda sudut pandang baru. Akhir kata, seperti biasa, silahkan memberi komentar atau pertanyaan di bagian bawah, dan sampai jumpa dalam artikel berikutnya! ????