Do you speak English? Read the translated article here!
Ada sebuah masa dimana Penulis tertarik dengan laptop convertible. Bagaimana tidak? Bayangkan, sebuah perangkat yang selain laptop yang berfokus pada produktivitas, juga sebuah tablet yang berfokus pada konsumsi media, dengan satu harga yang sama. Ketertarikan tersebut membuat Penulis akhirnya membeli sebuah HP Spectre x360 tahun lalu.
Setelah menggunakannya selama kurang lebih setahun, sepertinya Penulis sudah siap untuk membagikan perspektifnya tentang convertible secara keseluruhan. Perlu ditekankan bahwa ini bukanlah sebuah review, tapi sekedar sharing opini pribadi tentang laptop convertible secara keseluruhan, yang mungkin bisa atau tidak mempengaruhi keputusan Anda untuk membelinya di kemudian hari.
Jadi, mari mulai.
Perangkat yang Digunakan
Seperti yang Penulis katakan sebelumnya, perangkat yang digunakan adalah HP Spectre x360 model gem-cut yang dirilis di awal 2019. Dilengkapi dengan Intel Core i7-8565U dan digabungkan dengan 16GB RAM dan 512GB NVMe SSD, perangkat ini cukup kuat untuk melibas semua aplikasi kantoran dan beberapa programming.
Untuk layarnya, karena ini adalah convertible, tentu saja mendukung sentuhan (touchscreen). Perangkat Penulis menggunakan layar 1W 1080p IPS LCD milik Intel. Layarnya terang, penuh warna, dan Penulis tidak menemukan masalah dengannya. Oh, perangkat ini juga memiliki webcam yang mendukung Windows Hello Face Recognition, sesuatu yang Penulis ingin Apple tiru di lini MacBook Pro mereka. Selain itu, perangkat ini juga memiliki sensor sidik jari.
Untuk keyboard-nya, luar biasa. Backlit, clicky, stabil, dan menyenangkan untuk dibuat mengetik, setelah Anda terbiasa dengan layout-nya yang tidak biasa di sebelah kanan. Trackpad-nya, cukup besar, namun pada saat rilis, trackpad-nya menggunakan driver milik Synaptics yang sudah usang, bukan Precision, sehingga pengalaman navigasinya sangat buruk, hingga Penulis memutuskan untuk meng-install driver Precision sendiri. Untungnya, HP (atau Synaptics) baru-baru ini merilis sebuah pembaruan yang membuat trackpad ini menggunakan driver Precision, sehingga tidak ada lagi komplain dari Penulis soal trackpad ini.
Untuk port, untuk laptop thin-and-light, sudah lengkap. Anda punya sebuah port USB full-size (USB-A) 3.0, 2 port USB-C yang mendukung penisian daya (ya, laptop ini melakukan pengisian daya lewat USB-C!), sebuah reader microSD, headphone jack, dan sebuah switch untuk mematikan webcam, bagi mereka yang takut dengan webcam-nya. Empat speaker Bang & Olufsen menghadirkan suara yang keras, namun jelas, yang tidak akan terdengar memalukan ketika Anda menyalakannya di depan teman-teman Anda.
Jadi, secara keseuruhan, iya, HP Spectre x360 adalah sebuah perangkat premium, dengan fitur-fitur yang premium juga. Penulis suka menggunakannya, bahkan setelah setahun.
Penggunaan Sebagai Laptop
Kelebihan:
Pengalaman Penggunaan Laptop yang Solid
Lagi, karena jeroannya yang powerful, Spectre bisa menjalankan keseharian Penulis dengan mudah: browsing, mendengarkan musik, dan programming web. Keyboard dan trackpad-nya yang baru saja diperbarui menyempurnakan pengalaman penggunaannya. Bobotnya yang ringan (hanya 1,3kg) juga membuat laptop ini nyaman dibawa bepergian.
Kekurangan:
Kekuatan Engsel
Dibandingkan dengan MacBook Pro Penulis yang dipinjamkan dari kantor, kekuatan engsel Spectre jauh lebih lemah. Yang penulis maksud dengan “kekuatan engsel” adalah kestabilan layarnya ketika Anda mencoba menggoyang-goyangkan laptop Anda.
Sebenarnya, Penulis sudah memperkirakan ini dari awal, karena untuk membuat engsel yang bisa berputar 360 derajat, Anda harus bisa memastikan bahwa engsel tersebut bisa berputar tanpa banyak hambatan. Jika tidak, orang-orang mungkin akan takut memutarnya, karena tentu saja, tidak umum bagi kita untuk melipat layar laptop kita sampai 360 derajat, bukan (Tolong jangan mencoba hal ini sampai Anda yakin laptop Anda adalah sebuah Convertible!)? Meski demikian, tetap saja hal ini menjengkelkan, terutama jika Anda sering menggunakan laptop Anda ketika di dalam mobil, dan sedang melewati jalan yang bergelombang.
Layar Sentuh Tidak Banyak Digunakan
Hm, sepertinya bagian ini lebih tepat disebut sebagai catatan, bukan kekurangan. Penulis tahu ada beberapa orang di luar sana yang suka ada layar sentuh di laptopnya, tapi bagi Penulis, terutama di mode laptop, layar sentuh tidak terlalu berguna. Bahkan, selama setahun menggunakan Spectre ini, sepertinya Penulis baru menggunakannya kurang dari 5 kali.
Mengapa, karena engselnya lebih lemah, layarnya akan goyang ketika layarnya disentuh. Penulis harus memegang layar dengan tangan satunya untuk memastikan layar tidak bergoyang… atau menggunakan mode “tenda”-nya, tapi Penulis tidak terpikirkan bagaimana menggunakan mode ini untuk waktu yang lama. Kedua, di mode Desktop, UI Windows 10 tidak di-optimasi untuk layar sentuh.
Penulis sebenarnya setuju dengan pendapat Steve Jobs bahwa layar sentuh tidak cocok untuk digunakan secara berkepanjangan di permukaan vertikal. Perlu digarisbawahi bahwa Penulis sebenarnya tidak membenci layar sentuh pada laptop, tapi Penulis berpikir penggunaannya dalam sebuah laptop tradisional sebenarnya terbatas, apalagi ketika laptop tersebut sudah punya keyboard dan trackpad yang bagus.
Tapi tentu saja, itu adalah opini Penulis, untuk kasus penggunaan Penulis. Bagaimana dengan Anda?
Penggunaan Sebagai Tablet
Kelebihan:
Fleksibilitas yang Ditawarkan Nyata
Terlepas dari kekurangannya, fleksibilitas yang ditawarkan sebuah convertible itu nyata, terutama jika Anda perlu menggambar atau menulis sesuatu, atau menandatangani sebuah dokumen dengan cepat. Active Pen yang disertakan dalam paket penjualan dan layar sentuhnya sangat berguna di mode ini.
Kekurangan:
Berat Perangkat
Walaupun Spectre adalah sebuah laptop yang ringan, bukan berarti dia juga adalah sebuah tablet yang ringan. Dibandingkan dengan iPad, tablet yang paling populer saat ini, yang hanya berbobot 500 gram, Spectre (dan sepertinya convertible yang lain) adalah sebuah tablet yang berat. Dengan bobot segitu, Penulis harus memegangnya dengan kedua tangan. Akibatnya, Penulis kesulitan menggunakannya untuk waktu yang lama, karena tangan Penulis sudah capek duluan memegang perangkat berat itu dengan hanya satu tangan.
Keyboard dan Trackpad
Penulis kira ini adalah kelemahan terburuk dari laptop convertible. Ketika Anda memutar perangkat ini ke mode tablet, Anda “mengeluarkan” keyboard dan trackpad-nya, dibandingkan dengan ketika Anda menutup laptop Anda, Anda juga menutupi mereka.
Hal ini berakibat pada perasaan yang sangat tidak enak ketika memegang perangkat ini dalam mode tablet. Yang penulis maksud adalah menekan keyboard dan trackpad dengan jari Anda. Walaupun tekanannya tidak berpengaruh apa-apa dalam Windows, Penulis khawatir Penulis sedang mencoba merusak keyboard dan trackpad perangkat tersebut secara sengaja.
Karena itu, kapanpun ketika Penulis mencoba memegang Spectre dalam mode tablet, Penulis selalu memegang di bagian ujung, karena di bagian sana, tidak ada bagian dari keyboard maupun tablet. Tentu saja, memegang barang yang berat hanya dari bagian ujungnya sangat-sangat tidak nyaman, tapi untungnya, bezel layar bagian samping Spectre cukup besar untuk bisa dijadikan pegangan tangan.
Sayangnya, versi terbaru Spectre memotong bezel tersebut, jadi Penulis tidak tahu bagaimana bisa memegangnya dengan nyaman…
Tampilan UI
Windows 8 adalah percobaan pertama Microsoft dalam membangun sebuah tampilan sentuh. Meskipun Penulis tidak masalah dengan itu, beberapa orang tidak suka dengan perubahan menu Start tersebut. Oleh karena itu, Microsoft mengembalikan tampilan Start menu yang lama di Windows 10, namun mempertahankannya ketika Windows memasuki mode tablet.
Sebenarnya Penulis tidak masalah dengan hal itu, tapi sayangnya, Penulis merasa mode tablet di Windows 10 terlalu terbatas. Hal ini mungkin dikarenakan Penulis sudah terbiasa dengan Windows sebagai ahli dalam multitasking, dan Penulis benci dibatasi hanya bisa membuka 1 tampilan saja dalam suatu waktu.
Lagi, tidak semua aplikasi punya tampilan yang optimal untuk layar sentuh, dan bagaimana layar sentuh masih dianggap sebagai sebuah fitur “mewah” di kebanyakan laptop Windows, Penulis tidak yakin akan banyak developer yang akan mengembangkan fitur ini, apalagi aplikasi-aplikasi yang sifatnya sudah legacy. Lihat saja Microsoft Office sebagai contoh, sebuah aplikasi pihak pertama. Meskipun punya opsi untuk berpindah ke UI yang sifatnya touch-friendly, fitur ini tidak otomatis nyala ketika Anda berpindah ke mode tablet. Anda harus menyalakannya secara manual.
Kesimpulan: Laptop Convertible Tidak untuk Semua Orang
Ya, itulah dia, pengalaman Penulis menggunakan laptop convertible selama setahun. Jika Anda pernah mendengar pernyataan “Bisa semuanya, tapi tidak menguasai apapun”, pernyataan tersebut sepertinya cocok untuk laptop convertible. Penulis dulunya mempertanyakan mengapa ada perangkat yang khusus hanya melakukan satu hal saja, Kindle misalnya, dan mengapa bisa populer. Ternyata, walaupun perangkat-perangkat tersebut hanya bisa melakukan satu hal saja, mereka melakukannya dengan sempurna.
Penulis tidak membenci convertible, tentu saja tidak. Tapi menulis juga tidak merekomendasikannya. Yah, meskipun Penulis bisa saja merekomendasikannya, Penulis tidak akan melakukannya karena kemampuannya untuk berubah mejadi sebuah tablet yang berat… setidaknya, tidak lagi. Tapi, jika Anda tetap memutuskan untuk membelinya, tolong setidaknya cobalah demo unit yang tersedia di toko-toko elektronik terdekat Anda. Cek apakah Anda merasa nyaman menggunakannya baik sebagai laptop maupun tablet. Jika Anda merasa nyaman, dan Anda merasa perangkat itu cocok untuk Anda, silahkan beli. Jika tidak, Anda mungkin mau membeli laptop tradisional saja.
Oh, sebenarnya ada juga kategori PC lain, yaitu detachable, seperti Microsoft Surface. Penulis sebenarnya dulu juga tertarik dengannya. Namun setelah merasakan convertible, sepertinya Penulis akan membeli laptop tradisional saja setelah Spectre ini habis masa pakai. Tapi, hei, silahkan punya pendapat yang berbeda dengan Penulis, karena belum tentu penggunaan Penulis sama dengan penggunaan Anda, dan preferensi Penulis juga belum tentu sama dengan preferensi Anda. Itulah mengapa perangkat-perangkat ini ada, karena ada orang-orang di luar sana yang ingin dan memang butuh perangkat-perangkat seperti ini. Penulis hanya membagikan opininya. Poin yang paling penting adalah, belilah laptop yang sesuai dengan budget dan kasus penggunaan Anda, dan Anda nyaman menggunakannya, karena Anda akan menggunakannya untuk waktu yang cukup lama.
Yah, demikianlah artikel ini, Kawan. Terima kasih telah membaca opini Penulis, dan Penulis nantikan kunjungan Anda selanjutnya. Akhir kata, selamat berlibur dengan senang, aman, dan sehat. Semoga pandemi ini bisa berakhir secepat mungkin di tahun depan. Sampai jumpa!