Do you speak English? Read the translated article here!
Ponsel lipat atau foldable telah memukau dunia teknologi dan konsumen dengan desainnya yang inovatif dan fleksibilitas yang mengesankan, termasuk Penulis ketika memutuskan untuk membeli Samsung Galaxy Z Fold 5.
Setidaknya… hingga beberapa minggu yang lalu, layar dalam Galaxy Z Flip 4 milik Ibu Penulis mulai bermasalah. Beberapa garis mulai muncul ketika ponsel tidak sepenuhnya terbuka, dan terkadang layar menjadi terang sendiri tanpa alasan… Penulis langsung menyarankan Ibu Penulis untuk melakukan trade in ponsel tersebut, dan beralih kembali ke ponsel tradisional (Penulis menyarankan Samsung Galaxy A55). Tidak lama kemudian, Penulis berpikir apakah harus melakukan hal yang sama… dan Penulis melakukannya. Penulis akhirnya beralih ke Samsung Galaxy S24 Ultra.
Jadi, dalam artikel ini, Penulis akan berbagi pendapat ketika menggunakan ponsel lipat untuk sementara waktu (kurang lebih 7 bulan lamanya), dan semoga ini bisa membantu Anda memastikan apakah Anda siap meminang ponsel lipat.
Hal yang Baik
- Dunia Baru (di dalam saku): Ponsel lipat menawarkan pengalaman unik, yakni sebuah tablet yang dapat masuk saku, secara harafiah, dan nyaman juga. Luas layar yang jauh lebih besar ini sungguh-sungguh melegakan.
- Raja Multitasking: Software foldable dioptimalkan untuk multitasking. Penulis sendiri sering bermain game sambil mencari guide online atau menonton sambil scrolling timeline media sosial.
Hal yang Kurang Baik
- Teknologi Eksperimental: Kita belum menemukan kaca yang bisa dilipat. Semua layar dalam ponsel lipat saat ini masih menggunakan semacam plastik, dan tentunya jauh lebih rapuh daripada kaca. Ada banyak cerita seram tentang layar plastik ini rusak, seperti punya Ibu Penulis. Dan astaga, betapa mahalnya biaya perbaikannya. Itulah mengapa Penulis selalu menyarankan untuk membeli asuransi bersama dengan ponsel lipat Anda. Hal lainnya yang bisa rusak adalah bagian engsel-nya. Yah, sejujurnya, semua bagian bergerak dijamin akan rusak pada titik tertentu.
- Nilai Jual Jatuh: Masyarakat masih memiliki persepsi “rapuh” tentang ponsel lipat (yang bisa dimaklumi), menyebabkan nilai jual kembali anjlok, seperti milik Penulis (Rp14 juta dari Rp22 juta) dan milik Ibu Penulis (Rp3,5 juta dari Rp 14 juta). Jadi sebelum melakukan trade in, pastikan untuk membandingkan nilai jual kembali di berbagai tempat!
- Spesifikasi Tidak Maksimal: Ponsel lipat masih eksperimental, dan teknologi eksperimental itu mahal. Meskipun semakin baik, ponsel lipat seringkali tidak memiliki spesifikasi sebaik ponsel tradisional dengan harga setara. Z Fold 5, misalnya, sistem kamera dan baterainya tidak sebaik S23 Ultra, meskipun mereka berada di kisaran harga yang sama. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah ruang kerja yang lebih sedikit. Misalnya, semua ponsel lipat membutuhkan engsel dan layar dalam, menyisakan lebih sedikit ruang untuk komponen lain seperti sensor kamera telefoto, stylus, atau bahkan baterai. Tapi hei, kondisi ini pasti akan membaik seiring para pabrikan menemukan cara untuk membuat komponen yang lebih baik dan lebih kecil.
Kesimpulan Penulis: Ponsel Lipat Belum Untuk Semua Orang (Saat Ini)
Ponsel lipat adalah sesuatu yang exciting tapi tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi ini masih berkembang. Foldable jelas bukan ponsel yang buruk, tapi kekhawatiran tentang daya tahan dan spesifikasi yang belum value-for-money merupakan faktor penting bagi banyak pengguna, termasuk Penulis. Jadi, sampai foldable menjadi lebih tahan lama dan terjangkau, akan sulit untuk membuatnya mainstream dalam waktu dekat.
Tapi hei, semua ini adalah opini pribadi Penulis, jadi pengalaman Anda mungkin berbeda. Jika Anda senang dengan ponsel lipat Anda, luar biasa! Pastikan saja untuk merawatnya dan melindunginya dengan asuransi. Terakhir, seperti biasa, terima kasih telah membaca artikel curhat ini, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya! ????