
Do you speak English? Read the translated article here!
Sudah kurang lebih satu tahun sejak Penulis memindahkan ponsel utamanya dari Android ke iOS. Penulis awalnya tergoda karena Penulis merasa bisa mendapatkan “nyawa” yang lebih dari perangkat tersebut dengan harga yang ditawarkan. Meski demikian, Penulis masih menggunakan ponsel Android, untuk bermain dan bekerja, tapi untuk ponsel utama, Penulis menggunakan iPhone XS bekas.
Tentu saja, berpindah ke iOS tidak selalu menyenangkan. Penulis kangen dengan beberapa fitur Android dan terkadang berharap iOS mengadopsi (atau mencuri, menurut para fanboy) beberapa fitur tersebut. Dalam artikel ini, Penulis akan membagikan beberapa kelebihan dan kekurangan dalam berpindah ke Android dan iOS, khusus bagi Anda yang sedang berpikir untuk berpindah.
Sebuah peringatan, artikel ini didasarkan pada pengalaman pribadi Penulis, jadi pengalaman Anda mungkin berbeda. Jika Anda punya pertanyaan tentang sesuatu yang tidak dibahas di sini, jangan segan untuk menanyakannya di kolom komentar di bawah.
Jadi, mari kita mulai dengan keuntungannya.
Kelebihan
Update iOS Jangka Panjang
MKBHD, seorang YouTuber, pernah mengatakan bahwa kita seharusnya tidak pernah membeli sesuatu berdasarkan janji pembaruan software, dan memang benar, karena janji bisa diingkari. Namun, sejarah sudah membuktikan bahwa Apple tidak tertandingi dalam mendukung perangkat mereka. Bahkan iPhone 6S, yang diluncurkan pada tahun 2015, masih akan menerima iOS 15 akhir tahun ini.

Ya, memang tidak semua fitur baru akan diberikan, karena keterbatasan hardware (dan mari kita hadapi kenyataan bahwa iPhone adalah salah satu kontributor terbesar dalam keuntungan Apple, jadi mereka akan menginginkan Anda untuk membeli iPhone baru setiap tahun), tapi setidaknya iPhone Anda masih akan relevan selama 1 tahun, seiring Anda mengumpulkan uang untuk membeli yang baru.
Hardware dengan Performa Tinggi
Setiap generasi iPhone memberikan lompatan performa yang cukup tinggi. Dimulai dengan A10 Fusion di iPhone 7, SoC Apple selalu menang dari Snapdragon seri 800 pada tahun yang sama. Lompatan performa ini, digabungkan dengan optimalisasi iOS, tidak hanya menguntungkan pengguna dalam penggunaan sehari-hari, tapi juga membuatnya future proof. Mungkin inilah mengapa Apple mampu mendukung perangkat-perangkatnya dalam jangka waktu yang lama.
Depresiasi yang Lebih Kecil
Ada pasar di luar sana untuk perangkat-perangkat bekas. Ketika melakukan upgrade, Penulis selalu menjual perangkat lamanya untuk mensubsidi biayanya. Tidak hanya Penulis menghemat uang, tapi juga membantu menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi sampah elektronik. Lagipula, akan selalu ada orang yang merasa perangkat bekas Penulis berguna dalam kesehariannya.
Jelas, harganya akan turun, tapi produk Apple sudah terkenal harganya cukup bertahan, jauh lebih baik dibandingkan perangkat lain. Sebagai contoh, sebuah iPhone 7 bekas harganya kurang lebih masih sama dengan sebuah ponsel Android kelas menengah. Sebuah MacBook Pro 13″ bekas keluaran tahun 2012 dengan kondisi mulus masih dihargai seharga laptop entry-level baru yang ditenagai dengan prosesor Intel Celeron. Apakah ini dikarenakan harga awalnya yang sudah tinggi? Menurut Penulis, tidak juga, karena ponsel-ponsel Android flagship sekarang harganya sudah sangat tinggi, bisa menyamai harga iPhone seri Pro Max, tapi harga bekas ponsel-ponsel Android tersebut jatuh lebih rendah.
Apakah terdengar konyol membeli barang bekas yang berumur 5 tahun lebih? Ya, tapi ada permintaan yang besar untuk produk Apple, bahkan untuk produk bekas dan tua sekalipun, dan ini mungkin disebabkan oleh dukungan jangka panjang dari Apple, dan perangkatnya yang berkualitas tinggi.
Ekosistem yang (Hampir) Semuanya Berjalan secara Otomatis
Ketika Apple mengumumkan sesuatu yang baru, besar peluangnya hal tersebut akan berjalan sebagaimana mestinya. Ingat FaceID? Ketika mereka mengumumkannya, fitur tersebut terdengar sangat revolusioner dibandingkan face unlock tradisional Android. Ketika para reviewer mencobanya, mereka semua senang dengan kemudahan dan keamanannya.

Ini sangat benar terutama jika sudah digabungkan dengan ekosistem Apple yang lain. Lini Magic Apple untuk aksesoris Mac secara otomatis menyambung segera setelah dinyalakan. iPhone secara otomatis mendeteksi AirPods and Apple Watch setelah dinyalakan atau dibuka. Clipboard untuk keperluan copy paste dapat dibagikan untuk semua perangkat Apple milik Anda, dan yang menurut Penulis paling berkesan adalah Universal Control, tersedia untuk macOS Monterey dan iPadOS 15, yang memperbolehkan Anda untuk berbagi pointer lintas perangkat. Anda juga bisa melakukan drag and drop antar perangkat yang tersambung.
Tentu saja, ada sisi buruknya dari semua ini, yang akan kita bahas di bagian berikutnya, tapi Anda tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa semua berjalan otomatis bagi perangkat-perangkat Apple. Yah, setidaknya hampir semuanya, karena tidak ada teknologi yang sempurna.
Kekurangan
Apple Tahu Apa yang Terbaik untuk Anda
Tunggu, bukankah ini sesuatu yang bagus? Iya, dan tidak. Kebanyakan keputusan yang dibuat Apple sudah tepat, tapi beberapa masih kontroversial. Contohnya, penghapusan headphone jack, dan keputusan untuk tetap memberikan charger kecil 5W, sebelum menghilangkannya bersamaan dengan AirPods berkabel.

Jika Anda termasuk orang yang suka mengutak-atik barang, maka perangkat Apple bukanlah untuk Anda. Ekosistem Apple adalah sebuah kerajaan yang cantik, mempesona, dan Apple adalah rajanya. Tidak akan ada yang berubah, jika Apple tidak menginginkannya.
Teknologi yang (Kebanyakan) Tertutup
Keuntungan dari mendesain hardware dan software Anda sendiri adalah Anda dapat menggabungkannya sesuka Anda. Sayangnya, itu bisa berarti Anda perlu meninggalkan standar-standar yang sudah ada. Contohnya, walaupun Android dan Windows sudah mendukung protokol Miracast, Apple masih hanya mendukung protokol AirPlay milik mereka sendiri untuk koneksi media nirkabel, yang belum didukung oleh beberapa layar dan TV. Contoh lainnya adalah Lightning, konektor tertutup milik Apple untuk iPhone dan iPad kelas menengah ke bawah, yang merusak rencana Penulis untuk membawa hanya 1 kabel ketika bepergian.

Untungnya, Apple sudah mulai menerapkan standar-standar baru seperti USB C dan Qi Wireless Charging. Semoga langkah baik ini dilanjutkan ke depannya.
iOS Lamban Mengadopsi Teknologi Terbaru
Banyak ahli berpendapat bahwa kompetisi melahirkan inovasi, dan tidak ada kompetisi yang lebih panas dibandingkan ponsel Android. Merek-merek terkenal terus memperkenalkan teknologi terbaru di ponsel-ponsel mereka, seperti sensor sidik jari di bawah layar, sistem pendingin internal yang luar biasa, layar dengan refresh rate tinggi, layar yang bisa dilipat, dan yang paling menarik, kamera di bawah layar.

Apple tidak peduli dengan semua ini. Apple seharusnya bisa menyertakan sensor sidik jari di bawah layar di iPhone 13 yang akan datang, tapi kebanyakan rumor menentangnya, meskipun pandemi COVID-19 sedang melanda, yang membuat FaceID kurang berguna di luar ruangan. Mungkin Apple tidak menganggap ponsel Android sebagai kompetitornya? Setidaknya tidak secara langsung…
Tapi tidak semuanya buruk. Walaupun Apple terkadang menjadi yang pertama (FaceID, konektor yang bisa dibolak-balik, layar dengan resolusi tinggi, layar LTPO di Apple Watch), ketika mereka terlambat, besar peluang teknologi tersebut akan ditanamkan di ekosistem mereka, ditingkatkan, atau diberi sihir “bekerja otomatis”, seperti Apple Pencil, AirPods, dan sistem multi-kamera di iPhone.
Pembaruan Aplikasi iOS yang Menjengkelkan
Mungkin ini adalah uneg-uneg terkeras yang Penulis rasakan sejak pindah ke iOS. Pembaruan aplikasi di Android sangatlah tidak terasa. Dia otomatis mendeteksi bagian mana yang perlu diperbarui, sehingga ukuran file yang diunduh bisa mengecil secara signifikan. Ketika proses pembaruan berjalan, Anda masih bisa menggunakan aplikasinya, walaupun aplikasi tersebut akan tertutup secara otomatis ketika waktunya tiba untuk proses instalasi.

Ini sangat berbeda dengan iOS dan iPadOS. Ketika Anda meng-update sebuah aplikasi, icon aplikasi tersebut akan menjadi abu-abu, dengan progress bar berbentuk lingkaran di atasnya, yang menunjukkan proses update. Icon aplikasi menjadi abu-abu karena, ya, Anda benar, karena Anda tidak akan bisa menggunakan aplikasi tersebut selama proses download dan instalasi update. Selain itu, Anda akan men-download aplikasi tersebut secara penuh. Bagaimana Penulis tahu? Karena proses download yang memakan waktu cukup lama, walaupun koneksi internet Penulis cukup cepat untuk melakukan streaming video YouTube dengan resolusi Full HD tanpa jeda. Seharusnya itu cukup menjadi bukti.

Kasus ini masih terjadi di iOS 14, dan tidak ada indikasi akan berubah di iOS 15 yang akan datang. Seperti yang Penulis katakan di poin sebelumnya, jika Apple tidak ingin mengubahnya, walaupun ada komplain, mereka tidak akan mengubahnya.
Oke, demikianlah artikel ini, Kawan. Penulis harap artikel ini berguna dalam membantu Anda mengambil keputusan ketika Anda mempertimbangkan untuk berpindah dari Android ke iOS. Tidak ada yang sempurna, meskipun itu Android atau iOS, jadi pilih saja manapun yang sesuai dengan kebutuhan Anda, dan nikmatilah. Jika Anda merasa tidak cocok, Anda selalu bisa kembali. Oke, seperti biasa, jika Anda punya pertanyaan, tulis saja di kolom komentar di bawah. Akhir kata, terima kasih telah berkunjung dan sampai jumpa di artikel berikutnya! 😀