
Do you speak English? Read the translated article here!
Bulan lalu, sebuah berita yang mengejutkan (tapi tidak juga…) datang di feed Google News Penulis: BlackBerry Messenger (BBM) akan berhenti beroperasi pada tanggal 31 Mei 2019. Berita itu tiba-tiba membawa rasa nostalgia. BlackBerry Messenger adalah aplikasi chatting mobile pertama yang Penulis gunakan, dan bahkan membuat Penulis menggunakan smartphone untuk pertama kalinya. Kedua pengalaman itu membuat Penulis menjadi seorang penggemar teknologi seperti sekarang ini. Jadi iya, Penulis punya sedikit kenangan dengan aplikasi ini.
Pada kesempatan ini, Penulis akan memberikan penghormatan pada BBM dengan menceritakan apa yang Penulis tahu tentang satu-satunya mobile messenger di masanya.
Alasan Menggunakan BBM
Ketika Penulis berada di SMA (sekitar tahun 2009), Indonesia terserang demam BlackBerry. Merek tersebut tiba-tiba meledak, dan dimiliki oleh semua orang. Bahkan, mereka yang sebelumnya tidak tertarik sama sekali terpaksa menggunakannya, karena pada saat itu, semua orang menggunakan BBM. Bahkan beberapa saat setelah kemunculan Android dan iOS, banyak orang masih menggunakan BlackBerry.

Pada waktu itu, BlackBerry Messenger belum ada pada OS lain, dan tetap demikian hingga sekitar tahun 2013, beberapa tahun setelah kemunculan Android dan iOS. BBM menjadi kekuatan BlackBerry, seperti iMessage pada iOS di beberapa negara sekarang. Membagikan PIN juga menjadi populer, dan menjadi tren baik bagi para remaja maupun orang dewasa. Adanya group BBM juga menjadi pelopor munculnya online shop sederhana.

BBM cukup sederhana dan mudah digunakan. Namun apa yang tidak terlalu sederhana, adalah perangkat mereka. Tapi sepertinya itu adalah topik untuk artikel di kemudian hari.
Kemudian… Muncul WhatsApp
Pada sekitar tahun 2010-2011, seingat Penulis, sebuah aplikasi messenger sedang naik daun: WhatsApp. Aplikasi tersebut ada pada setiap platform pada masa itu, termasuk Symbian dan BBOS. Aplikasi tersebut menjanjikan tidak ada iklan dengan biaya kecil sebesar $1 setiap tahun, dan cara mudah untuk mendaftar: nomor telepon. Ya, Anda tidak perlu lagi mengimpor/ekspor kontak Anda dan mengingat PIN seseorang. Cukup simpan nomor telepon mereka ke kontak Anda, dan Anda selesai.

Seingat Penulis, butuh beberapa waktu bagi WhatsApp untuk bisa menjadi populer, karena pada saat itu, Android dan iOS masih hanya populer di kalangan atas karena tidak hanya harga ponselnya yang mahal, tapi juga performa ponsel Android di kelas menengah ke bawah saat itu masih mengecewakan. Itulah mengapa kebanyakan orang masih suka dengan BBM.
Kebangkitan Messenger dan OS Mobile

Seiring berjalannya waktu, Android dan iOS terus berinovasi. Ada juga Windows Mobile. Secara bersamaan, beberapa messenger multi-platform seperti WhatsApp dan LINE juga ikut populer.

Di sisi lain, BlackBerry terlihat stagnan. Ya, mereka memperbarui OS mereka agar lebih berwarna, tapi perangkat mereka masih cukup mengesalkan untuk digunakan. Mereka mahal dan lambat, dan ponsel model lama tidak bisa diperbarui ke OS7, yang notabene versi terbaru saat itu. Pengguna BlackBerry mulai menggunakan WhatsApp, sambil tetap menggunakan BBM, karena waktu itu masih (sangat) banyak orang yang menggunakan BBM.
BBM – Bertempur di Pertempuran yang Kalah
Pada tahun 2013, bersamaan dengan OS baru BlackBerry yang modern, BlackBerry 10, BlackBerry mengumumkan bahwa BlackBerry Messenger akan hadir di kompetitor terbesar mereka: Android dan iOS.

Menurut Penulis, tindakan BlackBerry ini terlambat. Pada saat itu, WhatsApp sudah populer, bersamaan dengan messenger lain seperti LINE atau KakaoTalk, sementara pengguna Apple sudah nyaman dengan iMessage selama beberapa waktu. Android dan iOS sudah menjadi populer, dan mereka terus memperbaiki diri.
BlackBerry OS sebelum BlackBerry 10 masih lemot dan terlihat sangat kuno dibandingkan kompetitor mereka yang lebih modern. Mungkin pada saat itu BlackBerry berpikir jika mereka tidak berekspansi, mereka akan benar-benar kalah. Usaha ini mungkin saja tindakan terakhir mereka untuk menyelamatkan bisnis mereka.
Awal dari Sebuah Akhir
Pada tahun 2016, Emtek Group, perusahaan asal Indonesia, memperoleh hak lisensi untuk menggunakan dan mengembangkan BlackBerry Messenger. Pada dasarnya, mereka memperoleh API dan akan meneruskan pengembangan BBM. Pada saat bersamaan, BlackBerry masih secara aktif memelihara BlackBerry Messenger for Enterprise (atau BBMe), yang menargetkan pengguna perusahaan, dan merupakan layanan berbayar.

BlackBerry Messenger yang baru terus menambahkan fitur-fitur (yang mendatangkan uang) ke dalam aplikasinya seperti PIN kustom, stiker, dan integrasi dengan layanan-layanan lokal. Sebagai contoh, di Indonesia, BlackBerry Messenger diintegrasikan dengan layanan dompet elektronik DANA untuk mengirim dan menerima uang. BBM juga diintegrasikan dengan Bukalapak, yang juga didukung oleh Emtek, dan sebagainya.
Namun, sayangnya, sudah terlambat untuk menyelamatkan aplikasi ini. BBM sudah kehilangan popularitasnya dari messenger lain seperti WhatsApp (yang sudah gratis), Telegram, dan LINE. Kebanyakan orang yang Penulis kenal meninggalkan BBM dan mulai menggunakan salah satu dari ketiga messenger di atas. Hanya orang-orang senior yang menggunakan BBM sekarang, dan mungkin mereka yang sudah mulai membuka online shop mereka sejak BBM mulai populer.
Pada tanggal 18 April 2019, Emtek mengumumkan kalau mereka akan menghentikan layanan BBM pada tanggal 31 Mei 2019. Alasan di posting blog mereka cukup jelas: Namun, tak dapat dipungkiri, industri teknologi begitu dinamis. Walau kami telah mengerahkan berbagai upaya, banyak pengguna memilih beranjak ke platform lain, sementara pengguna baru sulit untuk didapat.

Jika bisa membuat Anda merasa lebih baik, Pengguna bisa pindah ke BBM Enterprise, yang merupakan layanan berbayar. Tapi jika Anda memang ingin pindah, Anda mungkin harus mulai dari awal lagi, karena BBM akan menghapus semua data dari server mereka 7 hari setelah layanan dihentikan, seperti yang disebutkan di sini.
Kesimpulan: Selamat Tinggal BlackBerry Messenger

Jujur saja, Penulis merasa BlackBerry Messenger adalah teman yang menemani Penulis sejak SMA hingga kuliah. Penulis punya banyak sekali kenangan dengan aplikasi ini.
Tapi ketika Penulis sadar bahwa dirinya telah jatuh cinta dengan Android (masih jatuh cinta…), Penulis harus meninggalkan BBM. Mungkin jika BlackBerry tidak terlambat membuka diri ke platform lain dan berinovasi, akhirnya tidak akan seperti ini.
Jadi, Penulis merasa campur aduk dengan penghentian layanan BlackBerry Messneger ini. Di satu sisi, Penulis sedih karena akan kehilangan teman lama, namun di sisi lain, Penulis tahu bahwa sudah saatnya move on. BBM sudah tidak populer (terutama di pandangan konsumen) dan bisnis adalah bisnis; jika tidak menguntungkan, tidak ada gunanya diteruskan, bukan?
Yah, kecuali BlackBerry tiba-tiba menjadi gila dan menjadikan BlackBerry Messengeropen source, mungkin aplikasi iniakan bisa terselamatkan. Mungkin. Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi.
Oke, demikianlah artikel ini, Kawan. Mohon maaf jika artikel ini agak panjang, karena memang Penulis sedang mendapatkan perasaan nostalgia dari BBM. Bahkan, Penulis sedang merencanakan artikel lanjutan tentang perangkat BlackBerry. Oh, dan silahkan berdiskusi mengenai artikel ini di kolom komentar di bawah ini. Fakta yang disajikan mungkin tidak akurat, karena Penulis sudah berhenti menggunakan BBM sejak 5-6 tahun lalu dan tidak terlalu memperhatikan perkembangannya. Akhir kata, seperti biasa, terima kasih telah berkunjung, dan sampai jumpa di artikel berikutnya.
Bonus: Nostalgia Pengguna BlackBerry

Di atas adalah ringkasan apa yang dilakukan oleh pengguna BlackBerry pada masanya. Apakah Anda termasuk salah satu yang punya BlackBerry dan melakukannya? Gambar adalah hak milik pembuat aslinya.